Manusia lahir ke dunia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Tapi manusia dibekali dengan perantara untuk mencari ilmu dan ma’rifah yaitu dengan akal, pendengaran, dan penglihatan. Semua perantara tersebut diberikan kepada manusia dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran dan menjadikannya dalil atas argumennya dalam berpikir. Adapun kebenaran yang dipahami dapat berfungsi sebagai alat untuk mengontrol diri supaya tidak terjerumus dalam kesesatan dan mengetahui kebenaran tersebut diperlukan cara berpikir yang benar pula.
Pikiran positif akan menghasilkan sikap mental yang positif, optimis, serta kreatif yang akan membantu individu membangun harapan serta mengatasi keputusasaan dan ketidakberanian, individu yang berpikir positif cenderung lebih optimis dalam menjalani hidup. Adapun individu yang tidak berpikir positif akan sulit menjalani hidup dan tentunya akan berdampak pada permasalahan mental bahkan fisik.
Perilaku positif yang sering dilakukan menjadi kebiasaan positif, kebiasaan positif yang telah lama dilakukan disebut sebagai karakter, Maka orang yang lebih optimis cenderung menunjukkan kepuasan hidup yang lebih baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Busseri tahun 2009 menemukan bahwa orang yang berkarakter optimis cenderung lebih positif dalam mengevaluasi kehidupannya, Artinya, berpikir positif merupakan langkah awal dalam pembentukan karakter.
Hal tersebut sejalan dengan tujuan Pendidikan Islam, yaitu untuk membentuk insan kamil yang memiliki wawasan kaffah agar mampu menjalankan tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan dan pewaris nabi. Salah satu unsur pembentuk insan kamil tersebut adalah karakter muslim yang positif atau berakhlak mulia. Berpikir positif merupakan suatu kebiasaan yang penting bagi seorang muslim, karena dengan membiasakan diri untuk berpikir positif maka akan terbentuk pribadi muslim yang positif sampai pada akhirnya akan terbentuk karakter muslim yang positif atau berakhlak mulia.
Jumlah kriminal yang dilakukan anak-anak dan remaja tercatat 1.150 kasus, jenis kasus kejahatan itu antara lain pencurian, narkoba, pembunuhan, dan pemerkosaan. Kerusakan moral kini sudah menyebar di lapisan masyarakat, hampir semua lembaga tidak bersih dari kasus korupsi, termasuk dalam institusi pendidikan seperti kasus penggelapan dana BOS, dan jual beli sertifikat seminar bagi para pendidik.
Melihat kondisi memprihatinkan mengenai kerusakan moral anak bangsa, maka pembentukan karakter menjadi solusi untuk mengatasi problem Indonesia saat ini, sehingga hal itu menjadi PR penting bagi Pendidikan. Para ahli pendidikan mengembangkan berbagai metode untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya diimplementasikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama. Pada Pendidikan Agama Islam telah dikembangkan berbagai model pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut model pembelajaran integratif, inklusif gender, nilai, multicultural, tadzkirah, istiqomah, kontekstual, experience, konstruktif serta reflektif.